Keberhasilan Dan Runtuhnya Orde Baru Soeharto

Orde Baru bekuasa selama 31 tahun (1967-1998) Soeharta menjadi Presiden yang berkuasa paling lama di Indonesia. Dengan dukungan militer yang kuat serta sekelompok sipil membuat rezim Orde Baru menjadi penguasa yang tidak dapat digoyahkan. Kekuatan militer terdiri dari angkatan darat, laut, udara dan polisi yang menjadi kekuatan utama.



 

Kepemimpinan Soeharta di awali setelah peristiwa G30S. Setelah menjabat Presiden, Soeharto memberitahu bahwa dalang peristiwa G30S adalah PKI, dan pada saat itulah terjadi pembantaian besar-besaran terhadap orang PKI dan yang dianggap berhaluan PKI. Pembantaian itu telah menewaskan kurang lebih 500.000 korban jiwa. Anggapan dari beberapa pengamat peristiwa itu telah melanggar HAM.
 

Ketika Pemilu 1977, didomiasi oleh Golkar. Partai Soeharto mendapat suara mutlak, Sekitar 62,1% suara unggul jauh diatas rival-rivalnya PPP: 29,3%, PDI: 8,6%. Golkar merebut mayoritas kursi DPR dan memegang kendali atas anggota-anggota yang diangkat pemerintah atas MPR.
 

Pada tahun 1978, Soeharto dipilih kembali oleh MPR sebagai Presiden untuk ketiga kalinya. Soeharto tampaknya memegang penuh kendali pemerintahan dan sulit untuk dilengserkan.
 

Orde Baru mengecap keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi yang mampu mengalirkan kepada kaum miskin dan pedalaman. Awal tahun 1980-an , Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dari tahun 1971-1981, tingkat pertumbuhan tahunan Produksi Domestik Bruto (PDB) berkisar pada angka 7,7% dan tidak pernah berada dibawah angka 5% . kebanyakan pendapatan berasal dari minyak, hingga tahun 1982.
 

Pada tahun 1981, Indonesia merupakan penghasil gas alam cair terbesar di dunia. Kaum nasional ekonomi memanfaatkan renggangnya tingkat ketergantungan terhadap donor luar sebagai alasan untuk menuntuk lebih besarnya peranan perusahaan negara (BUMN). Pemberdayaan usaha dalam negeri dan pembatasan terhadap perusahaan asing. Keberhasilan Orde Baru dibidang ekonomi membuat soeharto mendapat julukan Bapak Pembangunan.
 

Keberhasilan dan kejayaan yang dicapai oleh Soeharto dengan rezim Orde Barunya nampaknya mengalami keruntuhan. Keburukan yang dilakukan oleh rezim Soeharto mulai nampak ke permukaan semenjak rezim ini mengalami kemunduran. Periode 1989-1998 merupakan masa tersulit yang harus dilalui oleh rezim ini. Mulai dari tindakan pelanggaran HAM, pembungkaman pers, korupsi yang sangat besar, utang luar negeri yang tinggi, dan krisis ekonomi. Separatisme juga menjadi masalah tersendiri yang harus dihadapi oleh Soeharto ketika Aceh dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) ingin memisahkan diri dari Republik Indonesia.
 

Rezim Orde Baru mendapat kritik dan terutama diwakili oleh mahasiswa dan beberapa kaum eksentik termuka. Demontrasi mahasiswa menentang Soeharto dan korupsi rezim Orde Baru secara rutin dilakukan dalam kampus kampus.




Beberapa hari sebelum lengsernya Orde Baru Soeharto merupakan hari-hari terpanjang yang harus dilaluinya. Tuntutan reformasi dari rakyat terus menggema. Demonstrasi terjadi diberbgai daerah. Terjadi sebuah insiden ketika penembak jitu ABRI menembak empat mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei. Lebih dari seribu orang tewas dalam kerusuhan yang terjadi di Jakarta pada 13-15 Mei. Suasana di Indonesia semakin tidak kondusif demontrasi dimana-mana yang semakin anarki.
 

Soeharto yang berada di Kairo, Mesir memutuskan untuk kembali ke Indonesia pada 13 Mei 1998. Tiga hari berselang, Harmoko, yang kala itu menjabat sebagai ketua MPR, secara terang-terangan meminta kepada Soeharto untuk mengundurkan diri. MPR dan ABRI pun mendukung segera diadakannya sidang istimewa guna memilih presiden yang baru. Nampaknya usaha yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menggulingkan Orde Baru Soeharto dari kursi kepresidenannya telah mendapatkan dukungan dari pejabat tinggi pemerintahan.
 

Pada 21 Mei 1998 pukul 9 pagi, Soeharto menyatakan mundur sebagai presiden dan langsung diganti oleh wakil presiden B.J. Habibie. Pada saat itu pula B.J. Habibie dilantik sebagai presiden. Setelah soeharto lengser berakhir pula masa Orde Baru dan menjadi masa-masa reformasi yang di pimpin oleh presiden yang baru.
 

B.J. Habibie mulai menata kembali negera dan banyak hal yang harus dilakukan. Masa depan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, ABRI, dan wilayah-wilayah konflik menjadi fokus yang harus segera diselesaikan. Sementara itu, masalah penyelesaian kasus yang dihadapi oleh Soeharto dengan berbagai hal yang telah dilakukannya berjalan lambat. Hal tersebut memunculkan ketidakpuasan besar dikalangan pendukung reformasi. Periode rezim Orde Baru hingga jatuhannya memang menjadi periode kelam dalam perjalanan Indonesia setelah menyatakan kemerdekaannya.

Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "Keberhasilan Dan Runtuhnya Orde Baru Soeharto"

  1. Makasih gan, saran dibuat point pointnya biar lebih mudah ditemukan informasi yg penting.

    BalasHapus